Tentang Shinobi


Tentang Jiraiya





Nama Jiraiya tentu sudah sangat akrab ditelinga para pencinta manga Naruto, karakternya yang unik, mencolok dan kelakuannya yang super duper Mesum -terbukti dengan buku-buku Mesum karyanya- sehingga sangat mudah orang-orang mengenalinya.

Namun terlepas dari karakternya itu, saya pribadi mengapresiasi karakternya, lebih enaknya ‘mengagumi’

Ada satu fragmen yang membuat saya benar-benar dibuat kagum olehnya, yaitu ketika ia diambang kematiaannya. Kata-kata terakhirnya sederhana tapi sangat menggunggah, dibawah ini saya tuliskan ulang kata-kata itu.






Ukuran keberhasilan seorang shinobi bukanlah dilihat dari cara dia hidup. Tetapi bagaimana dia mati, tidak masalah dengan apa yang di lakukannya selama hidup, tetapi apa yang mereka lakukan sebelum mati yang membuktikan mereka sangat berjasa.

Memikirkan itu semua menjadikan ceritaku ini penuh kegagalan, Tsunade selalu menolakku. Aku tidak mampu menyelamatkan sahabatku,aku gagal melindungi guru dan muridku. Di bandingkan dengan hokage yang hidup sebelumku, semua yang ku lakukan ini sangat menyedihkan,aku ingin mati seperti mereka.





Sejak dulu aku telah menyimpulkan tentang bagaimana akhir dari hidupku, aku hidup dengan kepercayaan bahwa kelemahanku ini adalah penyebab kekacauan, kelemahanku itu yang membangun pribadiku menjadi seperti ini, dan sebagai imbalannya aku akan mendapat suatu warisan terbesar, yaitu sebuah petualangan terakhir dan mati selayaknya shinobi sejati.

Aku sangat menginginkan itu,tapi ini, bukanlah jalan yang ku inginkan untuk mati.. Yang mulia meramalkan bahwa aku akan memimpin sebuah revolusi besar, akan lahir seorang shinobi yang akan menentukan nasib dari dunia shinobi dan aku harus mengambil keputusan besar.


  
Dan ketika waktunya telah tiba aku telah memutuskan untuk mengalahkan pain,menghentikan akatsuki ,dan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Tapi ternyata itu semua hanya menambah panjang daftar kegagalanku , menyedihkan ini bukanlah akhir yang di inginkan dari kisah Jiraiya yang gagah berani, menulis cerita ini hanya membuang waktu saja.

Sekarang aku ingat akulah yang memberi nama itu, Naruto kau benar-benar tumbuh seperti tokoh utama dalam buku itu, seperti orang tuamu, seperti yang di inginkan minato dan kushina, kau pria dengan kemampuan hebat, panutan yang harus kami ikuti ,aku pikir tidak ada shinobi yang lebih baik darimu. Tidak pernah menarik kembali kata-katamu dan tidak pernah menyerah terhadap semua tantangan yang kau hadapi, karena itu adalah jalan ninjamu!





Dan aku ini adalah gurumu ,aku tidak boleh mati seperti ini,karena jalan ninja seorang murid harus di miliki gurunya juga ya kan naruto?

Pantang menyerah itulah keputusan yang ku ambil. Naruto kau adalah anak yang di takdirkan aku tahu itu selanjutnya . ku serahkan padamu!
 





Nah sekarang endingnya sedikit lebih baik, epilognya mungkin judulnya katak yang hidup di dasar sumur mati di dasar lautan, hehe keren juga keren juga..

Sepertinya sudah saatnya aku berhenti menulis , ah hampir saja lupa, judul untuk sekuelnya apa ya? Aku tahu “kisah Uzumaki Naruto” hebat juga.





Pertama kali saya mendengarkan kata-kata ini, ada dua kalimat yang langsung terpikir di otak saya, yaitu kalimat “Ukuran keberhasilan seorang shinobi bukanlah dilihat dari cara dia hidup. Tetapi bagaimana dia mati” dan “Pantang menyerah itulah keputusan yang ku ambil” karena dua kalimat ini yang seakan memaksa saya untuk menulis note ini. -walopun mungkin dengan penjelasan yang kurang mendalam, maaf coz penulis juga masih berilmu cetek ^^-

kalimat pertama membuat saya berpikir, seperti apakah saya ingin dikenang ketika saya meninggalkan dunia ini? apakah dengan rentetan kegagalan dan sifat pesimistis atau prestasi, walo mungkin prestasi atas Kemurahan Tuhan. Tapi pertanyaan ini sangat penting untuk kita jawab karena dengan menjawab pertanyaan ini kita bukan hanya akan menemukan hal-hal yang penting dalam hidup ini, tetapi hal-hal yang paling penting dan paling berharga. Dan ketika kita mengetahui hal ini, mata kita akan terbuka lebar. Kita akan lebih memahami hidup ini dan tak akan terganggu oleh hal-hal kecil yang sebenarnya hanya merupakan pernah-pernik dalam kehidupan ini.Perlu kita ingat sama-sama bahwa Tuhan tidaklah menciptakan kita sekedar untuk memenuhi dunia ini, karena sebenarnya hidup adalah sebuah misi yang harus kita pertanggungjawabkan.





Kalimat kedua malah berhasil menghipnotis dan meracuni otak saya, karena ketika kita telah menyadari hidup adalah sebuah misi yang harus dipertanggungjawabkan,maka tugas kita adalah menyelesaikan misi itu dengan sebaik-baiknya dan mustahil bila ada Misi tanpa rintangan dan cobaan, maka apakah pantas kita hanya berpangku tangan dan hanya berharap ‘fasilitas dari atas’ untuk menyelesaikan misi itu?

Rintangan dan cobaan itu adalah saat ini, saat kita masih diberi waktu untuk ‘bermain’ untuk menyelasaikan misi kita. Setiap kita punya beban rintangan yang berbeda, namun hanya mental seorang pemenang yang menjalani hidupnya dengan Pantang menyerah dan tanpa mengeluh yang kelak benar-benar berhasil menyelesaikan misinya.





Seperti kata Mariane Williamson “Tujuan kita hidup adalah untuk melahirkan apa-apa yang terbaik yang ada didalam diri kita”. Semoga kelak ketika waktu kita telah benar-benar habis, kita bisa berucap “Ya Tuhan aku telah menjalankan misi yang kau berikan dengan sebaik-baiknya. Tak ada lagi potensi yang kau berikan padaku sekecil apapun yang belum ku manfaatkan.”

Dari Jiraiya kita juga belajar bahwa “Seburuk-buruknya manusia di masa lalu, ia masih punya masa depan yang suci” 
   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar